Bukan karena saya memperoleh gaji tinggi, bukan karena saya meraih suatu prestasi gemilang, tetapi itu terjadi ketika saya tidur selama 15 jam.
Malam itu saya telah menghabiskan malam bersama teman-teman di sebuah tempat karoke. Pulang tepat pada jam 12 tengah malam, setelah bertukar cerita sebentar dengan pacar, saya pun terlelap.
Entah karena saya memang terlalu banyak menghabiskan energi sepanjang minggu, atau memang hari itu saya lelah sekali, saya pun terlelap dengan pulas.
Saya ingat si pacar menelpon jam 6 pagi keesokkan harinya dan saya pun terjaga untuk menemaninya ngobrol dalam perjalanan pulang dari Gambir, itupun dengan mata setengah terpejam, mungkin bukan jawaban calon istri yang baik, ketika dia bertanya tentang acara bersih-bersih sabtu pagi (wot the hell it’s 6 o’clock in the morning and he ask me about domestic duty?) saya dengan santai menjawab “ada bibiii….kan udah balik tuuh dari kampung..” yang saya tau hari ini saya hanya ingin tidur dengan puas. Hari itu dia menelpon sebanyak 3 kali, dan yang membuat (seharusnya) saya malu, adalah 3 kali itu adalah dia mengabarkan setiap kali ia akan pindah tempat beraktifitas, sementara saya hanya terkulai di ranjang dan terbangun ketika alunan “Kiss You” menghentakkan telinga. Tapi saya terbanguun kook, ketika saya merasa lapar dan tentunya kembali terlelap setelah menghabiskan segelas juice buatan mama.
Saya baru benar-benar terbangun pada jam 5 sore, itupun setelah saya sadar intonasi bicaranya pacar saya rada tinggi hehehehe dia benar2 takjub hari ini saya benar2 hanya menghabiskan waktu di tempat tidur. Yaaa dunia memang menjadi milik saya, setidaknya dunia dimana saya bisa berada pada tempat dan cerita yang berbeda lalu saya tidak bertanya apapun saya hanya menikmatinya saja, yaap itulah mimpi2 saya selama 15 jam terlelap, berada di suatu tempat aneh pun saya menikmatinya, yaa itu dunia saya. Setelah 15 jam, saya sadar dunia yang sebenarnya adalah dimana saya berpijak dan saya kembali menjalaninya….
Malam itu saya bertemu dan menghabiskan waktu dengan dua orang belahan jiwa saya. Sepertinya saya memang memiliki banyak belahan jiwa dimana saya tidak mungkin bisa hidup tanpa mereka. Keluarga, sahabat-sahabat saya, dan tentu saja kekasih saya.
Belahan jiwa yang saya temui kali ini adalah dua orang sahabat saya, sahabat yang tidak memerlukan banyak kata untuk mengungkapkan isi hati saya yang sebenarnya, sahabat yang bisa menebak apa yang terjadi pada diri saya hanya dengan intonasi suara, sahabat yang bisa menimbulkan kerinduan luar biasa kala lama tak bertemu. Sahabat yang bisa membuat saya lebih bersyukur dalam menjalani hidup.